Namun dunia sepakbola selalu menghadirkan sebuah anomali. Reputasi kelompok suporter tak selamanya dibangun bersama dengan reputasi klub, bahkan bisa melampauinya. Dalam konteks ini, suporter menjadi bagian yang terpisah dari klub sepakbola yang didukung. Kelompok suporter adalah identitas tersendiri.
Pendukung Persebaya Surabaya, Bonek atau Bondo Nekat, membangun reputasi dengan cara yang berbeda. Boleh jadi kelompok suporter ini adalah satu-satunya kelompok suporter dengan reputasi yang dibangun oleh media massa. Bahkan mereka tidak menamakan diri mereka sendiri. Media massa yang memberi nama kelompok ini.
Baca juga : Tips kuat mabuk minuman beralkohol paling manjur sedunia
Jawa Pos berperan besar dalam membangkitkan fanatisme terhadap Persebaya surabaya. Sepulang dari menyaksikan pertandingan Chelsea di Stamford Bridge, Bos Jawa Pos Dahlan Iskan merevolusi Persebaya dari luar. Ia memproduksi ratusan ribu kaos, topi, syal warna hijau yang dijual dengan harga murah. Jawa Pos juga yang telah menciptakan slogan 'Kami Haus Gol Kamu', dan julukan bagi Persebaya: Green Force.
Jawa Pos pula yang kemudian menciptakan sebutan Bonek bagi suporter Persebaya. Inilah kelompok suporter pertama di Indonesia yang bertandang ke stadion kota lain dalam jumlah masif, hingga saat ini. Terlepas apakah prestasi Persebaya tengah surut atau pasang, dan tanpa koordinasi. Terakhir, sekitar tiga ribu orang Bonek datang ke Jepara untuk menyaksikan laga Persebaya melawan Persijap.
Kepala dengan seikat kain di dahi dan mulut berteriak menjadi logo suporter Surabaya di era 1980-an, dan bertahan hingga kini dengan beberapa perubahan modifikasi. Ini menjadikan suporter Surabaya menjadi kelompok suporter yang memiliki logo berbeda dengan klub yang didukung. Persebaya menggunakan logo buaya dan hiu, maskot kota Surabaya.
"Fanatisme mereka ini melebihi penonton jenis yang normal. Untuk pertandingan-pertandingan besar ke luar kota, mereka memang benar-benar nekat menjual celana di pasar loak," tulis Dahlan Iskan di sebuah artikel berjudul 'Bonek bin Chelsea', terbitan 2010.
Namun media massa pulalah yang melekatkan citra buruk kepada Bonek mania. Setiap kali terjadi kerusuhan yang melibatkan mereka, media massa menampilkan liputan dalam skala melebihi liputan terhadap kerusuhan kelompok suporter lain. Bahkan, Bonek beberapa kali menjadi tema pertunjukan wicara (talk show) di televisi. PSSI juga pernah menurunkan tim untuk menyelidiki fenomena Bonek. Namun sayangnya Coverage (peliputan) serupa tidak pernah atau jarang dilakukan saat Bonek melakukan kegiatan sosial.
Meski demikian citra buruk ternyata tak banyak mengurangi pengaruh Bonek. Memang belum ada survei khusus mengenai kelompok suporter di Indonesia. Namun sejauh ini eksistensi komunitas ini masih bertahan, tak hanya di Surabaya, namun juga di kota-kota di Jawa Timur. Sejarah reputasi bonek dan green force persebaya surabaya 1927
-Salam satu nyali, Wani-
-Pasukan sredek-



1 Komentar untuk "Sejarah reputasi bonek dan green force persebaya surabaya 1927"
ternyata sejarahnya gitu ya gan, nice info
Pasukan sredek wajib komen